Sebenarnya
islam telah datang sebagai agama yang sempurna. Yang tidak saja
mengandung tata cara ibadah kepada Allah SWT saja. Namun juga mengandung
hubungan sesama makhluk yang lain, lingkungan sampai pada aturan cara
makan dan minum.
Islam tidak
menganggap persoalan makan dan minum hanya sekedar persoalan dunia
saja, tetapi ada kaitannya dengan ibadah. Dalam hal kesehatan, ajaran
islam sudah banyak dibuktikan oleh penelitian-penelitian modern akan
kebenaran manfaatnya yang besar. Islam memperhatikan setiap jenis
makanan yang masuk ke dalam perut, bukan sekedar enak dan ekonomis islam
juga memperhatikan dari mana makanan dan minuman itu didapatkan, apakah
dengan cara yang halal atau haram. Sesungguhnya Allah tidak akan
menerima sesuatu amalan melainkan dari yang baik dan halal.
Mengucapkan Bismillaah Sebelum Makan dan Minum dan Mengakhirinya dengan Memuji Allah SWT.
Di antara sunnah Nabi adalah mengucapkan Bismillaah sebelum makan dan minum dan mengakhirinya dengan memuji Allah SWT.
Sebagaimana sabda Rasullullah SAW:
Jika
dalam satu makanan terkumpul 4 (empat) hal, maka makanan tersebut adalah
makanan yang sempurna. Empat hal tersebut adalah menyebut nama Allah
saat mulai makan, memuji Allah di akhir makan, banyaknya orang yang
turut makan dan berasal dari sumber yang halal. (HR. Ahmad)
Bacaan Bismillaah yang sesuai dengan sunnah adalah cukup dengan mengucapkan “Bismillaah” saja tanpa dilanjutkan dengan “Arrahmaan Arrahiim”.
“Wahai
anakku, jika engkau hendak makan ucapkanlah Bismillah, makanlah dengan
tangan kananmu dan makanlah makanan yang berada di dekatmu.” (HR.
Thabrani)
Dalam hadis lain apabila kita lupa tidak mengucapkan Bismillah, Rasulullah SAW mengajarkan :
“Jika
salah satu kalian hendak makan, maka hendaklah menyebut nama Allah. Jika
dia lupa menyebut nama Allah di awal makan, maka hendaklah mengucapkan
bismillahi awalahu wa akhirahu.” (HR. Abu Dawud)
Makan atau Minum Menggunakan Tangan Kanan
Islam
mengajarkan untuk makan atau minum menggunakan tangan kanan. Imam Ibnu
Al-Qayyim mengatakan karena tangan kiri digunakan untuk cebok dan
memegang hal-hal yang najis dan tangan kanan untuk pekerjaan baik. Maka
tidak sepantasnya salah satu tangan tersebut digunakan untuk melakukan
pekerjaan tangan yang lain.
“Jika
salah seorang diantara kalian hendak makan maka hendaknya makan dengan
menggunakan tangan kanan, dan apabila hendak minum maka hendaknya minum
juga dengan tangan kanan. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan
kiri dan juga minum dengan menggunakan tangan kirinya.” (HR. Muslim)
Sayang
disayang jika masih saja ada sebagian kaum muslimin yang tetap
menggunakan tangan kirinya untuk makan dan minum. Tidak diragukan lagi
bahwa prinsip seperti itu merupakan tiruan syaitan agar manusia jauh
dari sunnah Rasulnya.
Mengambil Makanan yang Letaknya Dekat
Ajaran
islam lainnya terkait makanan adalah mengambil makanan yang letaknya
dekat dengan kita. Sahabat Umar bin Abi Salamah menceritakan :
“Suatu
hari aku makan bersama Nabi Shallallahu ’Alaihi wa sallam, dan aku
mengambil daging yang berada di pinggir nampan, lantas Nabi bersabda,
“Makanlah makanan yang berada di dekatmu.” (HR. Muslim)
Hikmah dari
larangan mengambil makanan yang berada dihadapan orang lain adalah
pelajaran etika kesantunan dalam makan bersama. Hal lainnya juga terkait
dengan penerimaan rezeki yang kita terima. Apabila kita ingin makanan
yang labih jauh, bisa saja kita memintanya dengan baik.
Mencuci Tangan Sebelum Makan
Bicara
dalam etika menyantap makanan, makan jangan dilupakan adab yang satu
ini, yaitu mencuci tangan sebelum makan. Walaupun tidak ditemukan
satupun hadis shahih yang membicarakan mencuci tangan sebelum makan
kecuali hadis berstatus Hasan. Namun islam menganjurkan perbuatan ini,
mencuci tangan sebelum makan.
Ulama Ibnu
Muflih mengisyaratkan bahwa cuci tangan sebelum makan tetap dianjurkan
dan ini merupakan menurut jumhur ulama. Dalam hal ini ada kelapangan,
artinya jika dirasa perlu maka cucilah terlebih dahulu.
Duduklah Tanpa Harus Bersandar
Setelah
selesai dengan adab cuci tangan maka ketika kita menghadapi makanan maka
duduklah tanpa harus bersandar. Abu Juhaifah meriwayatkan bahwa dia
berada di dekat Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW berkata kepada
seseorang yang berada didekat beliau,
“Aku tidak makan dalam keadaan bersandar.” (HR. Bukhari)
Yang
dimaksud duduk sambil bersandar dalam hadis tersebut adalah segala
bentuk duduk yang bisa disebut duduk sambil bersandar, tidak terbatas
dengan duduk tertentu.
Makan
sambil bersandar di makruhkan. Ibnu Hajar Al Asqalani berkata jika sudah
disadari bahwa makan sambil bersandar itu dimakruhkan atau kurang utama
maka posisi duduk yang dianjurkan ketika makan adalah dengan meneguk
kedua lutut dan menduduki bagian dalam telapak kaki atau dengan
menegakkan kaki kanan dan mendudukkan kaki bagian kiri.
Namun perlu
diperhatikan mengingat posisi duduk dalam makan jangan sampai kita
tidak beradab dalam menghadapi jenis makanan itu sendiri.
Dilarang Mencela Makanan/Minuman
Mengomentari
makanan dengan menyebutkan terlalu asin, kurang asin, lembek, terlalu
keras ataupun dengan ungkapan lainnya adalah bukan hal yang terpuji
dalam islam.
“Rasulullah
Shallallhu ‘Alaihi Wa Sallam sama sekali tidak pernah mencela makanan.
Jika beliau menyukai satu makanan, maka beliau memakannya, jika beliau
tidak suka, maka beliau meninggalkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan Minum Sambil Berdiri
Di Berbagai
kota besar, undangan pesta pernikahan seringkali dilakukan dengan
fasilitas dan tempat hiburan yang serba mewah. Ketersediaan fasilitas
dengan hidangan VIP memang mengundang selera, namun kadang ada yang lupa
bahwa katersediaan tempat duduk seringkali di tinggalkan. Mengakibatkan
banyak tamu undangan yang makan dan minum sambil berdiri.
Padahal Rasulullah SAW bersabda :
“Janganlah
kalian minum sambil berdiri. Barang siapa lupa sehingga minum sambil
berdiri, maka hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya.” (HR. Ahmad)
Sekalipun
larangan minum sambil berdiri tidak jatuh pada perbuatan haram,
sebagaian orang melakukannya dengan alasan bahwa Rasulullah SAW juga
pernah melakukan ketika beliau meminta air zam-zam kepada salah seorang
sahabat dan sahabat itu memberikannya kemudian Rasulullah SAW meminumnya
sambil berdiri, namun perbuatan tersebut tidak dicontohkan dalam jenis
makanan dan tetap saja itu perbuatan yang kurang baik dan kurang sopan
dalam kacamata agama.
Tidak Bernafas dan Meniup Air Kedalam Gelas/Wadah Air
Etika makan
dan minum tidak pernah luput dari kajian para ulama yang semuanya
bersumber dari hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Dalam hal etika minum Nabi
memerintahkan agar tidak bernafas dan meniup air kedalam gelas atau
wadah air.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Jika kalian minum maka janganlah mengambil nafas dalam wadah air minumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal ini
bisa dilihat dari kesehatan bahwa minum sambil bernafas akan membuat
bercampurnya CO₂ yang dikeluarkan oleh tubuh dengan H₂O sehingga menjadi
senyawa baru (cuka). Sifat keasaman cuka ini yang tidak baik bagi
paru-paru kita. Sehingga makanan dan minuman panas sebaiknya tidak kita
tiup, namun cukup di kipas atau didiamkan saja.
Makan Makanan Halal
Makanan
yang halal adalah makanan yang diperoleh oleh syari’at untuk kita
konsumsi makanan yang halal juga makanan yang diperoleh dengan cara baik
dan halal. Bekerja mencari sesuap nasi dan karunia rezeki adalah
kewajiban bagi setiap insan di dunia. Allah SWT dengan tegas dan jelas
menerangkan dalam Al-Quran perihal mengkonsumsi makanan yang diperoleh
dengan cara yang tidak halal.
Hai
Orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka diantara kamu. (QS. An-Nisa: 29)
Andaikan
seseorang memasukan makanan yang diperoleh dari jalan haram, makanan
tersebut akan masuk ke dalam aliran darah lallu menjadi daging. Maka
potensi berbuat kebaikan menjadi ternoda. Sebagaimana perkataan Ibnu
Ruslan, “ketaatan yang bersumber dari makanan yang haram seperti
sebuah bangunan yang di bangun di atas ombak sebaliknya jika seseorang
menjaga mutu dan kualitas makanan yang akan ia konsumsi maka akan
terjaga pula kebaikan yang ada pada dirinya, karena pada dasarnya
manusia akan dijaga oleh Allah haknya itu juga kalau manusia menjaga hak
Allah SWT dalam hidupnya.
Makan Makanan Halal Menjadi Amalan Terkabulnya Setiap Do’a
Salah satu efek baik dari menjaga makanan halal di dalam tubuh kita adalah terkabulnya setiap do’a kita, In Shaa Allah.
Dalam
suatu kesempatan, Sa’ad bin Abi Waqqash meminta kepada Rasulullah SAW
agar berdo’a kepada Allah, meminta dijadikan sebagai orang yang do’anya
mudah dikabulkan oleh-Nya. Lalu, Rasul SAW berkata kepada Sa’ad,
“Perbaiki makanan yang engkau makan niscaya engkau menjadi orang yang
do’anya mudah dikabulkan.” (HR. Thabrani)
4 Hal Pertanyaan Di Hari Kiamat
“Kedua
kakinya seorang hamba besok di hari kiamat tidak akan terpeleset
sehingga dia ditanyai tentang empat hal: (1) Tentang umur, untuk apa
umur itu dihabiskan, (2) Tentang ilmu, untuk apa ilmu itu difungsikan,
(3) Tentang harta benda, dari mana harta benda itu diperoleh, (4)
Tentang kondisi tubuh, untuk apa kenikmatan itu digunakan.” (HR.
Tirmidzi)
Kalau kita
perhatikan di masa sekarang banyak manusia yang cerdas dan pintar karena
ilmunya tapi dalam prakteknya mereka menggunakan ilmunya terkadang
untuk memenuhi ambisi dan kepentingan pribadi saja sehingga ilmu yang
didapatkan tidak bermanfaat bahkan menjadikan dirinya sesat.
Ilmu yang
mereka punya digunakan untuk berfatwa sembarangan dan dengan ilmunya
pula mereka menghalalkan segala macam cara demi memenuhi ambisi
pribadinya.
Dalam hal
harta benda ada dua pertanyaan yang akan ditanyakan Allah SWT kepada
kita, Dari mana harta itu dihasilkan dan untuk apa harta itu
dibelanjakan. Harta yang kita dapatkan harus melalui jalan dan cara yang
halal dan dibelanjakan di jalan yang diridhai Allah SWT.
Apabila tidak seperti itu maka pada hakikatnya harta benda yang kita miliki akan membuat manusia sengsara.
Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka neraka lebih berhak untuk memakan (menyiksa) daging itu.” (HR. Muslim)
Setelah
harta itu kita peroleh dari jalan yang halal, maka kita pun wajib
membersihkannya dengan mengeluarkan zakat apabila harta tersebut sudah
sampai Nisab.
Allah SWT berfirman:
Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan menyucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a
kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At Taubah : 103)
Kebanyakan
manusia ketika sehat bugar sering lupa akan kewajiban kepada Sang Maha
Kuasa dan sealalu lupa untuk melakukan hal-hal yang dapat mendekatkan
diri kepada-Nya.
Demikian
juga ketika terbuka kesempatan yang luas dihadapannya, yaitu ketika
mereka menjadi orang yang penting mereka lupa akan kebaikan yang mesti
dilakukan. Namun ketika semua telah sirna dan selesai dari jabatannya,
yang sibuk sudah menjadi tidak sibuk, yang bekerja sudah pension dan
militer sudah menjadi purna wirawan. Mereka baru sadar akan pentingnya
jabatan orang penting alangkah ruginya bagi orang-orang yang suka
menunda-nunda kebaikan ketika sedang dalam keadaan sehat dan punya
peluang untuk melakukannya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Ada dua
kenikmatan, kebanyakan manusia terlena dengan keduanya (sehingga mereka
tidak diberkahi Allah), yaitu kesehatan dan kesempatan.” (HR.
Al-Bukhari)
Makan dan
minum adalah hal yang sangat mendasar karena sesungguhnya telah ada pada
diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kita. Jangan sampai
apa yang kita makan atau minum justru akan melahirkan murka Allah SWT
karena makanan dan minuman bisa menyebabkan seseorang masuk kedalam
surga dan neraka.
Selanjutnya - Mengapa Non-Muslim Lebih Kaya Daripada Muslim?