Sebelum
hisab dimulai, setiap orang menerima buku catatan amalnya. Semuanya sadar bahwa
isi catatan itu adalah benar dan hak.
Allah
SWT berfirman kepada malaikat:
“Bacalah kitabmu,
cukuplah dirimu sendiri sekarang sebagai penghisab atas dirimu.” (QS. Al-Isra’
: 14)
“Aduhai celaka kami,
kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar,
melainkan ia mencatat semuanya. Dan mereka dapati apa yang telah mereka
kerjakan (tertulis dengan rinci dalam kitab itu). Dan Tuhanmu tidak menganiaya
seorang jua pun (karena tidak ada yang tertulis dalam kitab itu kecuali yang
benar-benar telah dilakukan oleh penerima kitab itu).” (QS. Al-Kahfi : 49)
Orang-orang yang Diberikan Kitabnya Dari Sebelah Kanannya Akan Dengan Bangga Mengajak Orang Lain Agar Melihatnya
“Ambillah, bacalah
kitabku (ini)! Sesungguhnya aku (sejak dahulu telah) menduga bahwa sesungguhnya
aku akan menemui hisabku, maka karena itu aku selalu siap dan mempersiapkan
amal-amal kebajikan).” (QS. Al-Haqqah: 19-20)
Adapun yang Diberikan Kitabnya Dari Sebelah Kirinya
Maka
ia berkata dengan sedih dan geram,
“Wahai alangkah
baiknya, kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak
mengetahui apa hisabku!” (QS. Al-Haqqah: 25-26).
Disamping Buku Catatan Amal, Amal-Amal Manusia pun Hadir Dihadapan Pelakunya.
“Pada hari, ketika
tiap-tiap jiwa menemukan segala apa yang telah dikerjakannya; (walau) dari
sedikit kebaikan pun dihadirkan (di hadapannya) dan demikian (pula) apa yang
telah dikerjakannya dari (sedikit) kejahatan pun dihadirkan juga di hadapannya.
Ia ingin kalau kiranya antara ia dengan kejahatan itu ada jarak yang jauh
(sebagaimana yang berbuat kebajikan juga ingin agar amal baiknya berada dalam
jarak dekat dan selalu menyertainya).” (QS. Ali ‘Imran: 30)
Merangkak
dari perkembangan ilmu pengetahuan yang kini mampu merekam suara dan
gerak-gerik manusia serta menampilkannya walaupun sumber dari jarak yang sangat
jauh, maka tidak tertutup kemungkinan memahami kehadiran amal-amal itu dalam
arti yang sebenaranya. Bahkan kehadirannya tidak kurang jelas dari tayangan dan
rekaman yang kita lihat dewasa ini. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Kendati
amal-amal manusia sudah demikian jelas dan setiap orang pun menyadari
kesalahannya namun pengadilan ilahi masih juga dilaksanakan.
Pengadilan
itu tetap dilaksanakan untuk membuktikan bahwa tidak ada dalih yang tidak dapat
dikedepankan untuk meringankan kesalahan. Dari sini ditemukan tiga pertanyaan
yang diajukan, baik kepada para nabi menyangkut diri atau umatnya maupun kepada
setiap pribadi.
“Sesungguhnya kami
pasti akan menanyai (yakin meminta pertanggungjawaban dan menanyakan kepada
umat-umat) yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka (tentang kedurhakaan
mereka). Dan sesungguhnya kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (yang kami utus
kepada umat-umat itu, apakah mereka telah
menyampaikan risalah) sesuai pesan kami, dan bagaimana tanggapan umat
terhadap mereka).” (QS. Al-Araf: 6-7)
Tidak
seperti sementara pendapat yang menyatakan bahwa orang kafir tidak dihisab
karena tidak memiliki amal baik sama sekali. Hanya saja hisab mereka berbeda
dengan hisab orang beriman. Orang beriman akan ditimbang amalan-amalan baiknya
dengan amalan-amalan buruknya, orang-orang kafir sudah tidak memiliki kebaikan,
akan tetapi amalan mereka akan dihitung lalu dipaparkan kepada mereka hingga
mereka mengakuinya.
Pertama, masuk surga tanpa dihisab dan
tanpa di azab. Nabi SAW bersabda:
“Beberapa umat
ditampakkan kepadaku, lalu kulihat seorang nabi bersama beberapa orang, ada
seorang nabi bersama satu atau dua orang da nada seorang nabi yang tidak
disertai siapapun. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku satu golongan dalam jumlah
yang amat banyak, sehingga aku mengira mereka adalah umatku. Maka ada yang
memberitahukan kepadaku, ini adalah Musa dan kaumnya.’ Aku melihat lagi,
ternyata di sana ada jumlah yang lebih banyak lagi. Ada yang memberitahukan
kepadaku, ‘itulah umatmu, tujuh puluh ribu orang diantara mereka masuk surga
tanpa hisab dn tanpa azab. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menjelaskan
bahwa ‘Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak meminta untuk
(berobat dengan cara) disundut dengan api, dan tidak melakukan tathayyur, serta
mereka bertawakal kepada Allah.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kelompok kedua, adalah orang yang menjalani hisab
yang mudah atau hisab yassir. Allah SWT berfirman:
“Adapun orang yang
diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan hisab
yang mudah.” (QS. Al-Insyiqaq : 7-8)
Rasulullah
SAW juga bersabda:
“Sesungguhnya Allah
akan mendekatkan seorang hamba mukmin kemudian menempatkannya di sisi-Nya.
Allah menutupinya (dan para hamba yang lain) kemudian bertanya ‘Apakah kamu
mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengetahui dosa ini?’. Hamba tersebut menjawab
Benar wahai Tuhanku’. Sampai Allah menjadikan hamba tersebut mengakui
dosa-dosanya dan dia yakin bahwa dirinya akan binasa. Lalu Dia berfirman ‘Aku
telah menutupinya tatkala kamu hidup di dunia dan Aku akan mengampuninya pada
hari ini untuk kebaikanmu kemudian dia diberi kitab catatan amal kebaikannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kelompok ketiga, adalah orang yang menjalani hisab
sulit. Artinya orang itu akan ditanyakan satu demi satu secara terperinci dan
dipersulit.
Rasulullah
bersabda:
“Tidak ada seorang
pun yang dihisab (secara rinci dan detail) nanti pada hari kiamat melainkan
akan binasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang
hamba didatangkan di hari kiamat lalu ditanya oleh Allah SWT, “bukankah Aku telah memberimu pendengaran
penglihatan dan anak, bukankah aku telah menundukkan hewan dan lading serta
memberimu kesempatan untuk menjadi pemimpin dan dipatuhi banyak orang, apakah
kamu mengira bahwa kamu akan bertemu dengan-Ku pada hari ini”. Orang tersebut
menjawab “Tidak”. Allah berfirman: “Pada hari ini Aku melupakanmu, sebagaimana
kamu pun telah melupakan-Ku”. (HR. Tirmidzi)
“…Orang yang semasa hidup di dunia dilimpahi
berbagai jenis harta didatangkan ke hadirat Allah, lalu Allah menyebutkan
nikmat-nikmat-Nya itu. Orang itu pun mengingatnya. Allah lalu bertanya ‘Apa
yang kamu lakukan dengannya?’ Dia menjawab ‘Aku tidak meninggalkan satu jalan
pun yang Engkau cintai untuk berinfak padanya, melainkan aku berinfak padanya
karena-Mu’ Allah berfirman ‘kamu bohong. Kamu melakukannya supaya dijuluki
sebagai orang dermawan. Sungguh julukan itu telah diberikan.” Kemudian dia
diperintahkan untuk diseret dalam keadaan telungkup lalu dilempar ke neraka.”
(HR. Muslim).
Selanjutnya - Perang Akhir Zaman - Dimana Posisi Kita Sekarang?
Selanjutnya - Perang Akhir Zaman - Dimana Posisi Kita Sekarang?